von Eriks Netal Vor 3 Jahren
967
Mehr dazu
Jenis-Jenis Kalimat Majemuk
Kalimat Majemuk Bertingkat atau Hubungan Subordinasi • Kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk setara dalam hal hubungan antarklausa yang membentuknya. • Adanya penyebutan bertingkat menunjukkan bahwa klausa yang satu dengan klausa yang lain sebagai unsur pembentuk kalimat majemuk tidak sama kedudukannya. • Ciri – ciri yang menunjukkan ketidaksamaan kedudukan klausa dalam kalimat majemuk bertingkat berkaitan dengan struktur sintaktik klausanya . a. Klausa yang satu merupakan klausa utama (klausa atasan) dan klausa lainnya merupakan klausa nonutama (klausa bawahan). b. Klausa bawahan selalu menduduki salah satu bagian fungsi dari klausa atasan (Tarmini, 1996).
Klausa-klausa dalam kalimat majemuk bertingkat dihubungkan oleh konjungsi subordinatif sebagai berikut: sebab, karena, kalau, jika, jikalau, bila, anadaikan, agar, supaya, untuk, guna, ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, setelah, sampai, hingga, sehingga, seperti, seakan-akan, seolah-olah, biarpun, walaupun, meskipun, tanpa, sambil, sementara, kecuali, dan bahwa. Konjungsi subordinatif diletakkan di muka klausa bawahan dan konjungsi subordinatif tersebut bersama klausa bawahannya dapat dipindahkan letaknya ke bagian awal tuturan.
Untuk menentukan klausa atasan dengan klausa bawahan ialah dengan melihat struktur fungsional yang terdapat dalam kalimat majemuk. Klausa bawahan selalu menjadi bagian salah satu fungsi dari klausa atasan.
Kita tidak dapat mengatakan bahwa klausa atasan (klausa utama) adalah klausa yang berdiri sendiri karena ada pula klausa bawahan yang dapat berdiri sendiri sementara klausa atasan (klausa utama) tidak bias berdiri sendiri.
Kalimat Majemuk Setara atau Hubungan Koordinasi Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas klausa-klausa yang memunyai kedudukan yang sama atau sederajat. Berdasarkan konjungsi yang digunakan, kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan menjadi 4 antara lain:
Kalimat majemuk setara yang menyatakan hubungan makna perlawanan. Kalimat majemuk perlawanan ditandai oleh konjungsi tetapi, melainkan, dan sedangkan yang menyatakan hubungan makna perlawanan antara kalimat dasar satu dan kalimat dasar lain.
Kalimat majemuk setara yang menyatakan hubungan makna pemilihan. Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi atau. Jika isi yang menyatakan makna pemilihan ini hanya terdiri atas dua kalimat dasar, digunakan konjungsi atau di antara dua pilihan itu.
Kalimat majemuk setara yang menyatakan hubungan makna peristiwa atau kalimat majemuk setara urutan Kalimat majemuk urutan ini ditandai oleh konjungsi lalu, lantas, terus, dan kemudian untuk menyatakan hubungan peristiwa.
Kalimat majemuk setara yang menyatakan hubungan makna penjumlahan. Kalimat majemuk setara penjumlahan atau kalimat majemuk aditif ini ditandai oleh konjungsi dan, serta, dan lagi pula. Konjungsi-konjungsi tersebut menunjukkan hubungan penjumlahan dari beberapa kalimat dasar.
Berdasarkan jenis predikat yang digunakan kalimat tunggal dibagi menjadi:
Kalimat tunggal preposisional Kalimat tunggal adverbial adalah kalimat tunggal yang predikatnya menggunakan kata depan (preposisional).
Kalimat tunggal numeralia Kalimat tunggal numeralia adalah kalimat tunggal yang predikatnya menggunakan kata bilangan (numeralia).
Kalimat tunggal adjektival Kalimat tunggal adjektival adalah kalimat tunggal yang predikatnya menggunakan kata sifat (adjektiva).
Kalimat tunggal nominal Kalimat tunggal nominal adalah kalimat tunggal yang predikatnya menggunakan kata benda (nominal).
Kalimat tunggal verbal Kalimat tunggal verbal adalah kalimat tunggal yang predikatnya menggunakan kata kerja (verba)
Kalimat dwitransitif Dalam kalimat dwitransitif terdiri dari subjek, objek, dan pelengkap. Contoh: Tika sedang mencarikan kakaknya pekerjaan.
Kalimat ekatransitif Kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap. Mempunyai tiga unsur wajib yang berdasarkan urutannya yakni subjek, predikat, dan objek. Contoh: Dia memberangkatkan kereta api itu terlalu pelan.
Kalimat tak transitif Kalimat yang tak berobjek dan tak berpelengkap. Hanya memiliki dua unsur fungsi wajib, yakni subjek dan predikat. Contoh: Bu Tita sedang berbelanja.
Klausa Depan Klausa depan atau klausa preposisional ialah klausa yang P-nya terdiri atas frasa depan, yaitu frasa yang diawali oleh kata depan sebagai penanda.
Klausa Bilangan 1. Klausa bilangan atau klauasa numerial ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan Bil. 2. Kata bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misal: dua ekor, tiga batang, lima buah, setiap jengkal, beberapa butir.
Klausa Verbal Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V.
Klausa Verbal Berdasarkan Golongan Kata Verbal
Klausa Verbal yang Resiprokal
Klausa Verbal yang Reflektif
Klausa Verbal Pasif
Klausa Verbal Aktif
Klausa Verbal Intransitif
Klausa Verbal Ajektif
Klausa Nominal Klausa nominal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan N.
Klausa Negatif ❑ Klausa negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P. Kata-kata negatif yang dimaksud adalah tidak, tak, tiada, bukan, belum, dan jangan.
Klausa Positif 1. Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negative yang secara gramatik menegatifkan P. 2. Kata-kata negatif yang dimaksud adalah tidak, tak, tiada, bukan, belum, dan jangan.
Klausa tidak lengkap Klausa tak lengkap yang terdiri atas unsur P, disertai PEL, KET, atau tidak.
1.Klausa Tak Lengkap yang terdiri unsur P 2. Klausa Tak Lengkap yang terdiri unsur P&O 3. Klausa Tak Lengkap yang terdiri unsur P & KET
Klausa lengkap (S & P) Berdasarkan struktur internnya dibedakan menjadi 2, yakni klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P (klausa lengkap susun biasa) dan klaussa lengkap yang S-nya terletak di belakang P (klausa lengkap susun balik/inversi).
1.Klausa Lengkap Susun Biasa Contoh: sangat besar → / P 2. Klausa Lengkap Susun Balik atau Klausa Inversi Contoh: sangat besar → P /S
Makna Pengisi KET Tempat, waktu, cara, penerima,peserta, alat, sebab, pelaku,keseringan, perbandingan dan perkecualian.
Makna Pengisi PEL Penderita dan alat
Makna Pengisi O Penderita, penerima, tempat,alat dan hasil
Makna Pengisi S Pelaku , Alat, Sebab, Penderita, Hasil, Tempat, Penerima, Pengalam, Dikenal dan Terjumlah
Makna Pengisi P Perbuatan, Keadaan, Keberadaan, Pengenal, Jumlah, dan Pemerolehan
Peran mencakup pengalam atau penanggap, pelaku, sasaran, hasil, alat, waktu, asal, dsb.
Peran adalah makna semantik yang terdapat dalam kalimat.
Analisis Kategorial a. Analisis terhadap kata atau frasa berdasarkan unsur-unsurnya (N, V, Bil, Ket). b. Analisis kategorial tidak terlepas dari analisis fungsional yang merupakan unsur pengisi setiap fungsi dalam klausa. c. Analisis kategorial merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
Jenis kata: nomina, verba, adjektiva, adverbial, numeralia, pronominal, dll.
Kategori menunjuk pada jenis kata pengisi fungsi-fungsi di dalam klausa atau kalimat.
Analisis Fungsional a. Analisis terhadap fungsi S, P, O, PEL, dan KET. b. Unsur-unsur fungsional dalam klausa hanya dapat diisi dengan kategori kata atau frasa tertentu. c. Tidak semua kategori kata atau frasa dapat menduduki semua fungsi klausa.
Kelima unsur itu tidak selalu muncul bersama-sama dalam satu klausa. Kadang-kadang dalam satu klausa hanya terdiri atas S dan P, kadang-kadang terdiri atas S,P, dan O, kadang-kadang terdiri atas S.P, dan Pel, kadang-kadang terdiri atas S,P, dan Ket, kadang-kadang terdiri atas S,P,Pel, dan Ket. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa adalah P.
Klausa: Objek (O) dan Pelengkap (PEL) a. Ada kata verbal yang memiliki 2 Objek, seperti pada kata member, membelikan, menjadikan b. Objek 1 (O1) dan Objek 2 (O2), keduanya sama-sama, terletak di belakang Predikat (P). c. Perbedaan O1 dan O2 terletak pada perubahan klausa dari aktif menjadi klausa pasif. O1 menduduki fungsi S, sedangkan O2 terletak di belakang P sebagai Pelengkap (PEL).
Objek: Kata Verbal Transitif a. Objek (O) selalu terletak di belakang P yang terdiri dari kata verbal transitif. b. Klausa yang Predikatnya berupa kata verbal transitif, klausa tersebut dapat diubah menjadi klausa pasif. c. Apabila klausa tersebut dipasifkan, kata atau frasa yang menduduki fungsi Objek (O), akan mendudukui fungsi Subjek (S)
Objek a. Predikat (P) dapat berupa golongan kata verbal transitif, golongan kata verbal intransitive, atau golongan-golongan kata yang lain. b. Predikat yang berupa golongan kata verbal transitif memerlukan kehadiran O yang mengikuti P.
Keterangan sebagai Kategori dan keterangan sebagai Fungsi 1. Sebagai kategori, keterangan bertugas menjelaskan atau menerangkan kata yang dilekatinya. Sedangkan sebagai fungsi, keterangan bersifat lentur. 2. Sebagai kategori, adverbial menjelaskan verba, adjektiva dan adverbial lainnya. Sedangkan sebagai fungsi, keterangan menjelaskan seluruh kalimat.
FUNGSI KETERANGAN DALAM KLAUSA Fungsi keterangan dalam suatu klausa pada umumnya memiliki letak yang bebas. Artinya, fungsi keterangan dapat terletak di depan SP, di antara S dan P, atau terletak di posisi paling belakang. Apabila ada unsur O atau PEL, maka unsur KET itu tidak dapat dipindahkan ke tempat di antara P dan O atau PEL, apabila O itu terdiri atas frasa yang panjang,
Objek dan Komplemen 1. Kategori Objek lazimnya adalah nomina, sedangkan kategori komplemen adalah nomina atau adjektifa. 2. Objek wajib hadir ketika verba dalam predikat berupa verba transitif; sedangkan komplemen mengikuti kata kerja intransitif. 3. Objek dapat menempati subjek jika verba dalam predikat dipasifkan; sedangkan komplemen tidak bisa menempati subjek jika predikatnya dipasifkan.
Subjek dan Predikat Berdasarkan Intonasinya, antara Subjek dan Predikat terdapat jedah sedang. Berdasarkan strukturnya, Subjek dan Predikat dapat dipertukarkan tempatnya. Subjek terletak di muka Predikat atau sebaliknya Predikat di muka subjek. Subjek merupakan jawaban atas pertanyaan apa dan siapa + yang + predikat? Predikat merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana atau mengapa + Subjek?
Berdasarkan Fungsi Unsur-Unsurnya Klausa terdiri atas unsur-unsur fungsional yang disebut Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (P), dan Keterangan (Ket).
Kalimat dalam bahasa Indonesia ragam tulis harus memiliki fungsi subjek dan predikat, sedangkan fungsi-fungsi lainnya bersifat opsional.
Fungsi merupakan unsur-unsur di dalam kalimat yang memiliki kedudukan sebagai subjek, predikat, objek, komplemen, dan keterangan.
Frasa Berpartikel Rusyana dan Samsuri (1997) dalam Zainal Arifin (2008:10) menjelaskan bahwa frasa berpartikel disebut juga frasa eksosentris direktif yakni frasa yang komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke dan dari dan komponen lainnya berupa kata/kelompok kata yang biasanya berkategori nomina. Contoh: • Tupai itu terjatuh dari pohon kelapa. • Bapak bekerja demi kesejahteraan keluarga
Frasa Preposisional Frasa preposisional merupakan frasa yang dibentuk oleh preposisi sebagai penanda dan diikuti oleh kata atau kelompok kata yang bukan klausa (nomina, verba, numeralia, ket) sebagai petanda atau aksisnya. Kategori frasa depan atau preposisional antara lain: • Kata Depan + kata lain sebagai aksisnya • Kata Depan + Frasa sebagai aksisnya Makna frasa depan adalah untuk menyatakan keberadaan, permulaan, cara, ihwal (perihal), tujuan dan perbandingan.
Hubungan Makna Antar Unsur-Undur Frasa Preposisional atau frasa depan Di sebuah perkampungan: Keberadaan Dari lima keluarga, Sejak tadi pagi :permulaan Dengan senang hati : Cara Tentang kejadian itu : Ihwal; perihal Terhadap para pelaku: Tujuan Dari pada kayu bakar: perbandingan
Frasa pronomina yaitu frasa yang dibentuk dari kata ganti sebagai inti dan menambahkan kata lain yang berfungsi untuk menerangkan intinya. Contoh: • Dia itu sahabat saya • Kami ini penerus bangsa
Frasa numeralia yaitu frasa yang unsur pusatnya berupa kata yang termasuk kategori numeralia ( bilangan atau jumlah). Ada pun kategori frasa numeralia antara lain: • Kata Bilangan + Penyukat • Kata Bilangan disertai Kata tambah Frasa bilangan menyatakan makna jumlah yang tersebut pada Unsur Pusat (UP). Kata-kata yang digunakan untuk menyatakan makna jumlah adalah lima, tiga, sepuluh, lima puluh, dst
Makna frasa bilangan menyatakan makna “jumlah” yang tersebut pada Unsur Pusat (UP). Kata-kata yang digunakan untuk menyatakan makna jumlah adalah lima, tiga, sepuluh, lima puluh, dst
Frasa adverbial yaitu kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Adapun katerogi frasa adverbial antara lain: • Kata Keterangan + Adjektiva • Kata Keterangan + Kata Tunjuk Frasa keterangan menyatakan makna waktu yang tersebut pada unsur pusat. Kata-kata yang digunakan untuk menyatakan makna waktu adalah kemarin, tadi, nanti, besok, sekarang.
Makna frasa keterangan menyatakan makna “waktu” yang tersebut pada Unsur Pusat (UP). Kata-kata yang digunakan untuk menyatakan makna waktu adalah kemarin, tadi, nanti, besok, sekarang
Frasa adjectival Yaitu frasa dengan inti berupa adjektiva dan modifikatornya atau pewatasnya berupa adverbia. Contoh: • Cuaca hari ini sangat dingin • Beliau ramah sekali
Frasa verbal Elisten Parulian Sigiro (2017:107) menjelaskan bahwa frasa verbal satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa. Frasa verbal memiliki 2 kategori kata antara lain: • Kata Tambah + V • V + V Ada beberapa hubungan makna antar-unsur-unsurnya pada frasa verbal antara lain: • hubungan makna penjumlahan; • hubungan makna pemilihan; • atribut terkait makna ragam atau menyatakan sikap pembicara terhadap tindakan atau peristiwa; • atribut yang menyatakan makna negatif; • atribut terkait berlangsungnya kegiatan: akan, sedang, sudah; dan • atribut yang menyatakan makna tingkat.
Hubungan Makna Antar Unsur-Undur Frasa Verbal 1. Penjumlahan (hubungan makna penjumlahan) Misalnya: Makan dan minum; membaca dan menulis 2. Pemilihan (hubungan makna pemilihan) Misalnya: Duduk atau berdiri; tidur atau bekerja 3. Ragam (atribut terkait makna ragam, menyatakan sikap pembicara terhadap tindakan atau peristiwa) Misalnya: Ingin bekerja; mau menulis, mungkin tidur, tentu mahal 4. Negatif (atribut yang menyatakan makna negative) Misalnya: Belum diputuskan, tidak diberikan, tidak dimandikan 5. Aspek (atribut terkait berlangsungnya kegiatan: akan, sedang, sudah) Misalnya: Akan pergi, sedang tidur, sudah makan 6. Tingkat (atribut yang menyatakan makna tingkat) Misalnya: Kencang sekali, paling tinggi, sangat pandai
Frasa nominal yaitu frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal. Frasa nominal memiliki pola kategori kata antara lain: N + N: Perkebunan Teh, kakek nenek N + Adjektiva: Motor biru, pemuda tampan N + Bilangan: Kertas satu rim, siswa sepuluh orang N + Keterangan: Berita petang N + FD: Hadiah dari paman N didahului Bilangan: Seratus orang serdadu N didahului Kata Sandang: Sang ratu Yang diikuti N: Yang ini Yang diikuti Verbal: Yang terbaik Yang diikuti Bilangan: Yang tiga orang Yang diikuti Keterangan: Yang dahulu Yang diikuti FD: Yang di Yogyakarta
Hubungan Makna Antar Unsur-Undur Frasa Nominal Penjumlahan: Suami istri Pemilihan : Ayah atau ibu Kesamaan : Jokowi, Presiden RI, Penerang : Acara terakhir Pembatas :Rumah mereka (pewatas pemilik), Gedung sekolah (pewatas tujuan) Beras Delanggu (pewatas asal), Cincin emas (pewatas bahan). Penentu atau Penunjuk: Jendela itu, Pembangunan ini Jumlah : Dua jembatan Sebutan : Bapak Rektor, si kancil, sang raja
Dua jenis frasa eksosentrik
Eksosentrik Non-direktif Menurut Supriyadi (2014), frasa eksosentrik non-direktif adalah komponen pertamanya berupa artikula, seperti, si, dan, sang, atau, yang, para, dan kaum, sedangkan komponen keduanya berupa kata berkategori nomina, adjektiva, atau verba.
Eksosentrik direktif Frasa eksosentrik direktif adalah frasa yang komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari dan komponennnya berupa kata/kelompok kata yang biasanya berkategori nomina (kata keterangan).
Pengertian Elemen inti/pusat, pembatas/pewatas, elemen sumbu dan perangkai
Elemen perangkai merupakan elemen pembentuk frasa eksosentris yang berwujud preposisi (di, ke) dan partikel (si, sang, para, yang).
Elemen sumbu merupakan elemen pembentuk frasa eksosentri yang berupa kata atau kelompok kata.
Elemen pembatas atau pewatas adalah unsur yang menerangkan elemen inti atau elemen elemen pusat. Elemen pewatas juga berfungsi untuk membatasi makna elemen pusat atau inti agar tidak meluas. Elemen inti dan pewatas memiliki hubungan fungsi yang membentuk makna frasa. Elemen inti dan pewatas juga membentuk satuan sintaksis yang disebut frasa.
Elemen inti atau pusat merupakan elemen frasa yang dapat menggantikan fungsi tertentu dari frasa tersebut. Inti atau pusat frasa merupakan unsur utama atau pokok yaitu unsur yang diterangkan oleh atribut.
Frasa yang memerantikan komponen perangkai yang berupa preposisi dan komponen sumbu yang berupa nomina demikian ini sering disebut juga frasa preposisional. Sebutan lainnya adalah frasa eksosentris direktif.
Frasa eksosentris memiliki dua unsur pembentuk, yakni unsur sumbu dan unsur perangkai. Komponen perangkai lazimnya berupa preposisi atau kata depan. Adapun komponen sumbu dapat berupa nomina.
Frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya.
Jenis-Jenis Frasa Endosentris
Frasa endosentris apositif Frasa yang terdiri atas unsur-unsur yang sama dengan unsur yang lain. Karena unsur-unsurnya sama, unsur yang satu dapat menggantikan unsur yang lain.
Frasa endosentris atributif Frasa yang terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara. Salah satu unsur merupakan Unsur Pusat (unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara semantic merupakan unsur yang terpenting) dan unsur yang lain merupakan Atribut.
Kata Tambah dalam Frasa Endosentris Kata tambah yaitu kata yang cenderung menduduki fungsi atribut dalam frase tipe endosentris yang atributif yang unsur pusatnya berupa kata verbal. Kata tambah ini ada yang menyatakan: (1) ragam, misalnys: tentu, pasti (2) negatif, misalnys: tidak, bukan, belum (3) aspek, misalnya: akan, mau, sedang, baru, masih (4) keseringan, misalnya: pernah, kerap, kerap sekali (5) keinginan, misalnya: ingin, hendak (6) keharusan misalnya: harus. wajib (7) kesanggupan, misalnya: dapat, mampu, sanggup (8) keizinan, misalnya: boleh; dan (9) tingkat, misalnys: kurang, amat, terlalu, paling.
Frasa endosentris koordinatif Ramlan (2005) dalam Supriyadi (2014) menjelaskan bahwa frasa endosentris koordinatif ini terdiri atas unsur-unsur yang setara. Kesetaraan tersebut dapat dibuktikan dengan kemungkinan unsur-unsur tersebut dihubungkan dengan kata penghububg dan atau atau.
Frasa yang mempunyai persamaan distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya.
Atribut biasanya terdapat dalam kalimat yang predikatnya nomina.
Keterangan menerangkan S, P, dan O serta menerangkan tempat, waktu, alat dan cara.
Pelengkap: menerangkan predikat Sasaran adalah peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba/predikat. Peran sasaran merupakan peran utama objek atau pelengkap.
Objek: Peruntung Yaitu peserta yang beruntung dan memperoleh manfaat dari keadaan/peristiwa/perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Biasanya partisipan berfungsi sebagai objek atau pelengkap.
Objek: Penderita Sasaran adalah peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba/predikat. Peran sasaran merupakan peran utama objek atau pelengkap.
Predikat: Tindakan
Subjek: Pengalam Yaitu peserta yang mengalami peristiwa atau keadaan yang dinyatakan predikat. Peran pengalam merupakan peran unsur subjek yang predikatnya adjektiva atau verba intransitif.
Subjek: Pelaku yaitu peserta yang umumnya melakukan perbuatan yang dilakukan oleh predikat/verba yang berupa makhluk hidup.
Kategori sintaksis sering pula disebut kategori atau kelas kata. Empat kategori sintaksis utama adalah (a) verba atau kata kerja, (b) nomina atau kata benda, (c) adjektiva atau kata sifat, dan (d) adverbial atau kata keterangan.
Keterangan, yakni bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap berupa frasa nomina, frasa preposisi, dan frasa konjungsi.
Objek dan Pelengkap. Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
Subjek dan Predikat. Subjek adalah bagian yang diterangkan predikat dan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek dalam bentuk frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, frasa numeralia, atau pun frasa preposisi.