Filosofi Pendidikan Indonesia
Perjalanan Pendidikan Indonesia
Pendidikan Sebelum Kemerdekaan
Pada zaman pemerintah Hindia Belanda, pendidikan rakyat Indonesia tidak diperhatikan
Dalam R.R 1818 itu mulai disebut tentang pemeliharaan pengajaran, akan tetapi tidak pernah dilakukan.
Pada tahun 1836 diubah dan dalam R.R 1836 tadi sama sekali
tidak disebut-sebut lagi tentang pangajaran.
Baru dalam R.R 1854 terdapat pasal-pasal yang
mengenai pendidikan dan pangajaran.
Dicantumkan pasal 125 yang berbunyi: (Pengajran negeri adalah hal yang senantiasa menjadi perhatian gubernur-jendral).
Pasal 126 misalnya menetapkan, bahwa pemberian pengajaran
kepada anak-anak bangsa Eropa dibolehkan secara bebas
Pasal 127 berbunyi sedapat-dapatnya harus ada pemberian pengajaran rendah dari pemerintah yang mencukupi kebutuhan penduduk bangsa Eropa.
Pasal 128 menyebutkan untuk rakyat gubernur-jenderal diserahi untuk mendirikan sekolah-sekolah.
Sistem pendidikan pada masa pemerintah Hindia Belanda menunjukan sifat intelektualistis, individualistis, dan materialistis.
Para penjajah hanya mencari keuntungan, dan tidak memperhatikan pendidikan anak-anak Indonesia
Pendidikan dan
pengajaran diserahkan sama sekali kepada para pendeta Kristen.
Memberikan pendidikan kepada orang-orang
pembantu yang membantu beberapa usahanya
Bupati mendirikan “sekolah-sekolah kabupaten”, tetapi
hanya untuk mendidik calon-calon pegawai.
Berangsur-angsur dapat didirikan “sekolah-sekolah bumiputera”,
yang hanya mempunyai 3 kelas,
Pendidikan dibolehkan hanya untuk calon-calon peserta didik “dokter Jawa”, peserta didik Hoofden School
Hal ini menjadi bukti bahwa
pemerintah Belanda semata-mata mementingkan pendidikan calon-calon pegawai negeri,
Zaman Etik dan Kebangunan Nasional
Belum lepas dari belenggu intelektualisme, individualisme,
materialisme dan kolonialisme
Cita-cita Raden Ajeng Kartini (1900) sudah
mulai mengandung jiwa nasional
Cta-cita Dokter Wahidin Sudirohusodo (1908) sudah
membayangkan aliran kultural namun organisasi teknik pendidikan dan pengajaran tetap tak berubah.
Zaman Bangkitnya Jiwa Merdeka
Tahun 1920 timbullah cita-cita baru, yang menghendaki perubahan radikal
dalam lapangan pendidikan dan pengajaran.
Cita-cita baru tersebut merupakan
gabungan kesadaran kultural dan kebangkitan politik
Tahun 1922 berdiri Taman Siswa di Yogyakarta
Tamansiswa berdiri di seluruh kepulauan Indonesia: di Jawa, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Sunda Kecil dan Maluku.
Gerakan pendidikan berlaku sejalan dengan gerakan politik
Banyak murid lulusan dari Taman Siswa yang secara bermanfaat dan efisien dapat ikut serta dalam segala usaha kenegaraan baik dalam gerakan revolusi maupun dalam usaha pembangunan bangsa dan negara.
Tentang Pendidikan dan Pendidikan Nasional
Segala syarat, usaha dan cara pendidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan.
Kodratnya keadaan tadi ada tersimpan dalam adat istiadat masing-masing rakyat
Adat istiadat, sebagai sifat daya upaya akan tertibnya damai itu, tiada luput dari pengaruh
“zaman” dan “alam” karena itu tidak tetap, akan tetapi senantiasa berubah, bentuk, isi dan iramanya.
Pengaruh baru adalah terjadinya dari akulturasi budaya bangsa yang satu dengan yang lain,
pergaulan sekarang mudah sekali terbawa dari adanya hubungan modern. Maka kita Haruslah pandai memilih mana yang baik
Seyogyanyalah kita mengutamakan cara “pondok sistem”, berdasarkan hidup
kekeluargaan, untuk mempersatukan pengajaran pengetahuan dengan pengajaran budi pekerti
Tentang Kebudayaan
Sebagai buah perjuangan manusia yang barada di dalam satu alam dan satu zaman, maka
kebudayaan itu selalu bersifat kebangsaan (nasional) dan mewujudkan sifat atau watak, yakni kepribadian bangsa.
Tiap-tiap kebudayaan menunjukan indah dan tingginya adab kemanusiaan pada hidupnya
masing-masing bangsa yang memilikinya
Tiap-tiap kebudayaan sebagai buah kemenangan manusia terhadap segala kekuatan alam dan zaman, selalu memudahkan dan melancarkan hidup serta memberi alat-alat baru untuk meneruskan kemajuan hidup;
Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara
ESSAY
Claims
Author Claim
Evidence
Evidence
Logical sequence
Additional info
Additional info
Identitas Manusia Indonesia
Introduction
First sentence
Informative sentences
Sentence
Sentence
Thesis Statement
Body Paragraphs
Paragraph
Paragraph
Paragraph
Conclusion
Summary paragraph
Pancasila Sebagai Fondasi Pendidikan
Additional info
Praktik Baik Pendidikan yang Memerdekakan
Additional info
Additional info
Additional info
Additional info
Additional info