PERANG DUNIA I
Sebab umum
1. Nasionalisme
Bangsa Slavia di kawasan Balkan ingin melepaskan diri dari kekuasaan Austria-Hungaria dan membentuk negara sendiri (didukung oleh Rusia).
Jerman ingin menunjukkan keunggulannya atas negara-negara Eropa Barat lain seperti Prancis dan Inggris.
2. Imperialisme
Inggris dan Prancis sudah lebih dulu memiliki banyak koloni, sedangkan Jerman yang baru bersatu merasa ketinggalan dan ingin mengejar dominasi kolonial.
3. Militerisme
Jerman membangun angkatan laut yang besar untuk menyaingi Inggris.
Negara-negara lain seperti Rusia, Prancis, dan Austria-Hungaria juga memperkuat pasukan mereka.
4. Sistem Aliansi
Triple Alliance: Jerman, Austria-Hungaria, Italia (walau Italia kemudian berbalik arah)
Triple Entente: Inggris, Prancis, Rusia
5. Krisis kawasan Balkan
Rusia mendukung Serbia, sementara Jerman mendukung Austria-Hungaria, menciptakan blok yang saling siap berperang.
Sebab khusus
Sarajevo, Bosnia [1914]
Pangeran Franz Ferdinan
berkunjung ke Sarajova
[Juni 1914]
Austria-Hongaria
Franz Joseph menuduh
pembunuhan anaknya
didalangi oleh Serbia
Pan Slavisme menolak
Black Hand
(organisasi teroris
berpakam Pan-Slavisme)
Jalan nya perang dunia I
1914
Setelah pembunuhan Franz Ferdinand, Austria-Hongaria mengultimatum Serbia. Serbia menolak sebagian tuntutan, sehingga Austria-Hongaria menyatakan perang pada 28 Juli 1914.
30 Juli 1914: Rusia, yang mendukung Serbia, mulai memobilisasi militernya.
1 Agustus 1914: Jerman menyatakan perang terhadap Rusia sebagai respons mobilisasi Rusia.
3 Agustus 1914: Jerman menyatakan perang terhadap Prancis, sekutu Rusia.
4 Agustus 1914: Jerman menginvasi Belgia untuk menyerang Prancis lewat jalur cepat (Schlieffen Plan). Inggris kemudian menyatakan perang terhadap Jerman karena pelanggaran kedaulatan Belgia.
1915-1916
Perang Parit dan Pertempuran Besar di Front Barat (1914-1916)
Setelah invasi Jerman ke Prancis gagal mencapai kemenangan cepat, perang berubah menjadi perang parit yang berlangsung selama bertahun-tahun. Pertempuran besar seperti Pertempuran Marne (1914), Verdun (1916), dan Somme (1916) menimbulkan korban jiwa yang sangat besar dan kebuntuan strategis
Perang di Front Timur dan Wilayah Lain
Di Front Timur, Jerman dan Austria-Hongaria bertempur melawan Rusia. Wilayah Balkan dan Timur Tengah juga menjadi medan perang, dengan Turki Utsmani bergabung ke Blok Sentral. Italia, yang awalnya bagian dari Triple Alliance, kemudian bergabung dengan Sekutu pada 1915
1917
Amerika Serikat Masuk Perang (1917)
Amerika Serikat masuk ke dalam perang di pihak Sekutu pada April 1917 setelah serangkaian insiden, termasuk serangan kapal dagang oleh kapal selam Jerman dan telegram Zimmermann yang mengancam keamanan AS. Ini menambah kekuatan Sekutu secara signifikan
1918
Revolusi Rusia dan Rusia Keluar dari Perang (1917-1918)
Revolusi Bolshevik di Rusia menyebabkan keluarnya Rusia dari perang dengan menandatangani Perjanjian Brest-Litovsk pada Maret 1918, yang menguntungkan Blok Sentral secara sementara
Serangan Seratus Hari dan Kekalahan Blok Sentral (1918)
Pada tahun 1918, Sekutu melancarkan serangan besar di Front Barat yang dikenal sebagai "Serangan Seratus Hari". Jerman dan sekutunya mengalami kekalahan berturut-turut. Negara-negara Blok Sentral seperti Bulgaria, Turki Utsmani, dan Austria-Hongaria mulai menyerah satu per satu
Akhir Perang dan Gencatan Senjata (11 November 1918)
Jerman mengajukan gencatan senjata dan perang resmi berakhir pada 11 November 1918. Kaisar Jerman Wilhelm II turun tahta, dan negara-negara Blok Sentral lainnya juga menyerah
1919
Perjanjian Versailles (28 Juni 1919)
Perang secara resmi diakhiri dengan penandatanganan Perjanjian Versailles yang sangat memberatkan Jerman, termasuk kewajiban membayar reparasi perang dan pembatasan militer.
Perjanjian-perjanjian
Perjanjian Versailles
Perjanjian ini ditandatangani antara Sekutu (negara-negara pemenang Perang Dunia I) dan Jerman pada 28 Juni 1919 di Istana Versailles, Prancis. Perjanjian ini secara resmi mengakhiri Perang Dunia I dan menjatuhkan hukuman berat pada Jerman, termasuk kehilangan wilayah, pembayaran ganti rugi, dan pembatasan militer.
Perjanjian Saint-Germain
Perjanjian ini ditandatangani antara Sekutu dan Austria pada 10 September 1919, yang secara resmi membubarkan Kekaisaran Austria-Hungaria dan menetapkan perbatasan baru.
Perjanjian Neuilly
Perjanjian ini ditandatangani antara Sekutu dan Bulgaria pada 27 November 1919, yang menetapkan batas wilayah baru dan memaksa Bulgaria untuk menyerahkan beberapa wilayahnya.
Perjanjian Trianon
Perjanjian ini ditandatangani antara Sekutu dan Hongaria pada 4 Juni 1920, yang mengharuskan Hongaria untuk menyerahkan sebagian besar wilayahnya kepada negara-negara lain, seperti Cekoslowakia, Rumania, dan Yugoslavia.
Perjanjian Sevres
Perjanjian ini ditandatangani antara Sekutu dan Kekaisaran Ottoman pada 10 Agustus 1920, yang secara resmi mengakhiri permusuhan antara Kekaisaran Ottoman dan Sekutu.
Dampak
Perlakuan Keras terhadap Jerman melalui Perjanjian Versailles
- Meningkatnya sentimen anti-Barat di Jerman
- Meningkatnya dukungan terhadap partai-partai ekstrem seperti Nazi
- Meningkatnya keinginan Jerman untuk membalas kekalahannya
Ketakutan yang Besar akan Komunisme
- Meningkatnya sentimen anti-komunis
- Meningkatnya dukungan terhadap partai-partai fasis dan konservatif
- Meningkatnya ketegangan politik dan sosial
Tumbuhnya Nasionalisme dan Patriotisme
- Meningkatnya dukungan terhadap partai-partai nasionalis dan fasis
- Meningkatnya keinginan untuk membela negara dan bangsa
- Meningkatnya ketegangan politik dan sosial
Dalam bidang ekonomi
1. hancurnya secara fisik dan nonfisik
2. hancurnya pusat-pusat industri di Eropa
3. rusaknya daerah pertanian yang mengakibatkan timbul kelaparan yang hebat di Rusia
4. terjadinya krisis maalaise pada tahun 1929, yakni krisis ekonomi dunia yang di awali hancurnya sektor-sektor ekonomi Amerika Serikat
5. hutang akibat peminjaman biaya perang, baik kepada rakyat maupun negara lain
6. terjadi pengangguran massal di eropa
Dalam bidang politik
1. tenggelamnya 4 kekaisaran besar di Eropa kemudian negara-negara republik, yaitu Jerman, Austria-Hongaria, Rusia dan Turki.
2. munculnya negara-negara baru, seperti Italia, Rumania, Polandia, Cekoslovakia, Kroasia, Yugoslavia, Hongaria, Irak, Iran, Yordania, Mesir, Arab Saudi, Syria (Suriah), Estonia, Latvia, dan Lithuania
3. Lahirnya liga bangsa-bangsa (atau disebut juga LBB) yang diprakasi oleh presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson
4. munculnya paham fasis di Italia, Nazi di Jerman, nasionalisme di turki, militer di jepang, dan komunis di Rusia
Awal penderitaan bagi bangsa Palestina
Keterlibatan Ottoman dalam Perang Dunia I (1914-1918)
Korespondensi Hussein-McMahon (1914-1915)
Perjanjian Rahasia Sykes-Picot (1916)
Deklarasi Balfour (2 November 1917)
Perjanjian Damai Sevres (10 Agustus 1920)
Gelombang Imigrasi Yahudi ke Palestina (1919–1926)
Munculnya Nasionalisme Palestina dan Konflik
Pengaruh Perang Dunia I bagi Indonesia
Doktrin Wilson dan meningkatnya gerakan nasionalisme
- Menolak penjajahan (kolonialisme) dan menekankan perdamaian abadi melalui kerja sama dan saling menghormati.
- Liga Bangsa-Bangsa (LBB) sebagai lembaga untuk menciptakan "perdamaian terorganisasi", bukan persaingan kekuasaan.
- Semboyan hak menentukan nasib sendiri menyebar ke seluruh dunia, terutama di wilayah jajahan.
- Membangkitkan harapan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa terjajah, termasuk Indonesia.
- Doktrin Wilson memperkuat semangat nasionalisme dan radikalisme pergerakan melawan Belanda.
- Aktivis seperti Soekarno dan Mohammad Hatta menuntut kemerdekaan secara terbuka dan menolak kerja sama (nonkooperatif) dengan pemerintah kolonial.
- Mereka rela ditangkap, dipenjara, atau diasingkan demi perjuangan.
Perubahan Strategi Perjuangan Organisasi Pergerakan
Perhimpunan Indonesia (PI) mengadopsi asas self-help (menolong diri sendiri) dan self-reliance (mengandalkan diri sendiri) sejak 1922.
Menolak politik "meminta-minta" dan beralih ke nonkooperasi dengan Belanda.
Pernyataan resmi PI:
"...politik nonkooperasi dijalankan terhadap pemerintah yang tidak mengindahkan prinsip Wilson. Nasionalisme radikal dijadikan senjata perjuangan, dengan hak menentukan nasib sendiri sebagai dasar tuntutan, didukung solidaritas dan kekuatan terorganisasi."
Berkembangnya paham komunisme
H.J.F.M. Sneevliet, seorang pemimpin buruh Belanda dari Partai Buruh Sosial-Demokrat (SDAP), membawa paham komunisme ke Indonesia pada tahun 1913.
Pada 1914, Sneevliet mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang, sebuah organisasi bercorak Marxis.
Tujuan: Menyebarkan ideologi komunisme di kalangan buruh dan rakyat Indonesia.
Awal kedatangan komunisme tidak mendapat tanggapan luas di Indonesia.
Sneevliet mencoba bergabung dengan organisasi lain yang sudah ada, tetapi gagal.
ISDV akhirnya menyusup (infiltrasi) ke dalam Sarekat Islam (SI).
Target: Memengaruhi tokoh-tokoh SI yang militan dan berbakat.
Dua tokoh SI Cabang Semarang yang terpengaruh:
Semaun
Darsono
Keduanya kemudian menjadi figur penting dalam pergerakan komunis di Indonesia.
ISDV berhasil menanamkan paham Marxis di kalangan SI, khususnya di Semarang.
Kelak, pengaruh ini memicu perpecahan dalam SI antara kubu nasionalis-religius (SI Putih) dan komunis (SI Merah).