Morfologi

Urban Design


Adalah pendekatan untuk mempelajari dan merencanakan bentuk kota yang mempertimbangkan baik komponen fisik maupun spasial dari susunan kota, baik persil, blok, jalan, bangunan dan ruang terbuka, yang kesemuanya dianggap sebagai sebuah evolusi sejarah dan proses perkembangan dari bagian kota tertentu (Bentley & Butina, 1990)

Pengantar perancangan kota : desain dan perencanaan kota


Kota terbentuk dalam waktu bertahun-tahun melalui kerja keras semua orang, digerakan oleh keinginan, kesempatan dan evolusi kondisi yang berubah, maka kota selalu berada dalam keadaan yang terus menerus berubah (Gallion et al., 1994)

Urban Morphology is the study of the city as a human habitat as it evolved from its formative years to its subsequent transformations through the accumulation and integration of many individuals and the act of small groups which was guided by cultural, social and economic forces over a period of time (Moudon, 1997)

Urban design needs urban morphology: a practitioner’s Viewpoints


Urban Morphology is an integrated interdisciplinary platform between Architecture, Sociology and Geographer in an approach towards Urban Design (Ding, 2013)

Presenting the Past: the Impact of Urban Morphology in Shaping the Form of the City


Adalah sebuah analisa kondisi dan sejarah sebuah kota yang diperlukan dalam praktek perancangan kota, untuk menyediakan konteks terhadap lingkungan terbangun yang akan memandu rencangan bangunan, terutama pada aktivitas perememajaan (revitalisasi) bagian-bagian kota
(Sanders, 2008)

Morfologi Sebagai Pendekatan Memahami Kota


(D) Pendekatan perancangan kota sebagai produk , yang lebih memfokuskan diri pada produk desain massa dan ruang perkotaan (Dan & Saodih, 2010)

Adalah Suatu Model Penjelasan yang berhubungan dengan ekspresi dan ekstensi tata ruang kota.(Hendro, Sejarah, & Diponegoro, 2014)

Merupakan artikulasi formal untuk membentuk karakter arsitektur, dan dapat dibaca melalui pola, hierarki, dan hubungan ruang.. (Nasional, Wilayah, & Kota, 2019)

karakteristik kegiatan-kegiatan dalam ruang yang mempengaruhi faktor fisik suatu kota sebagai tempat pelaksanaan kegiatan dan bentuk- bentuk fisik lingkungan yang diakibatkan oleh faktor non fisik dari terbentuknya suatu morfologi kota.(S. Chandrasekhar, 1992)c

Merupakan proses dinamika pembentukan ruang kota yang terjadi secara terus
menerus (tumbuh dan berkembang), sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan secara kontekstual oleh berbagai
faktor.(Wulandari & Aulia, 2018)

Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kota yaitu faktor bentang alam atau geografis,
transportasi, sosial, ekonomi dan regulasi.
(Urban
Morphology Type)(Tallo, Pratiwi, & Astutik, 2014).

Merupakan ilmu yang
mempelajari bentuk dan fungsi kota.
Morfologi memiliki kaitan erat
dengan kualitas spasial dua dimensi
dan unsur-unsur pembentuknya
yang dapat dilihat melalui pola-pola
yang tercipta.(Morfologi Kota Gorontalo Dari Masa Tradisional Hingga Kolonial & Wahid Marzuki Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora Fakultas Ilmu Budaya UGM, n.d.)

Pola perkembangan kawasan yang cenderung mengelompok di sekitar jalan-jalan lingkungan, sepanjang jalan kolektor primer cenderung pola perkembangan linier dan perkembangan kawasan yang membentuk seperti gurita di lingkungan Kelurahan Grendeng dan Karangwangkal(Keberadaan, Tinggi, Morfologi, & Sekitarnya, 2015).

Adalah untuk mengidentifikasi dan menjelaskan jenis-jenis ruang yang mensintesis beragam unsur spasial individu, dan kemudian meneliti proses evolusi lingkungan.(Afdholy, 2019)

Pertumbuhan perkotaan adalah proses meningkatnya atau bertumbuhnya fisik spasial dan jumlah demografi sebagai akibat dari meningkatnya fungsi perkotaan(Iqbal & Basuki, 2017)

Merupakan studi mencari perkembangan bentuk, yaitu bentuk fisik arsitektural kawasan kota. Perkembangan bentuk fisik kota terjadi melalui dua proses yakni: proses formal (melalui proses perencanaan dan perancangan) dan proses organis (proses yang tidak direncanakan dan berkembang dengan sendirinya).(Srilestari, Surya, Lovia, & Widiastuti, n.d.)

Konsep mikrokosmos dualistis cenderung
lebih mudah dipahami karena terlihat dalam wujud fisik. Penerapan prinsip mikrokosmosdualistis
bertujuan untuk menghadirkan keseimbangan dua elemen yang berlawanan dalam
semesta

Morfologi gradien dapat disebut citra tepi, karena dengan mengurangkan operasi hasil penebalan dan penipisan maka akan diperoleh citra yang menonjolkan tepi obyek, karena daerah non-tepi obyek sudah hilang karena pengurangan tersebut (Sutikno, Utami, & Sunyoto, 2014)

sebuah pendekatan dalam memahami kota sebagai suatu kumpulan geometris bangunan dan artefak dengan konfigurasi kesatuan ruang fisik tertentu produk dari perubahan sosio-spatialnya. (WEISHAGUNA DAN ERNADY SAODIH)

Bentuk Kota

Bentuk-Bentuk Kompak

bentuk bujur sangkar (the square cities), bentuk empat persegi panjang (the rectangular cities), bentuk kipas (fan shaped cities), bentuk bulat (rounded cities), bentuk pita (ribbon shaped cities), bentuk gurita atau bintang (octopus / star shaped cities), bentuk tidak berpola (unpatterned cities)

Bentuk-Bentuk Tidak Kompak

bentuk terpecah (fragmented cities), bentuk berantai (chained cities), bentuk terbelah (split cities), bentuk stellar (stellar cities)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Faktor bentang alam/geografis, sosial, ekonomi, transportasi dan regulasi

Pada morfologi spasial lingkungan, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi spasial lingkungan antara lain tata guna lahan, tata letak massa, tata kavling dan tata sirkulasi.
(Sandyangsani, Pamungkas, & Wulandari, n.d.)

Morfologi sendiri berasal dari kata morf yang berarti bentuk, sehingga morfologi juga diartikan sebagai bentuk kenampakan fisik kawasan. (James & Bound, 2009 dalam Putri, Rahayu, & Putri, 2016)

Morfologi terdiri dari suku kata yaitu morf
yang berarti bentuk dan logos yang berarti
ilmu. Secara sederhana morfologi kota
berarti ilmu yang mempelajari produk
bentuk-bentuk fisik kota secara logis. (Panduu, Warouw, & Lahanmendu, 2018)

Morfologi merupakan kenampakan fisik kawasan yang ditinjau dari stuktur yang membentuk bentuk kenampakan tertentu. Kenampakan fisik morfologi bukan hanya bentuk melainkan adanya hubungan antar kawasan. (Dahal, Benner, & Lindquist, 2017 dalam Putri et al., 2016)

morfologi pada pemukiman umumnya adalah perubahan kebudayaan (Cultural Change). (Amsamsyum, 2018)

Morfologi perkotaan adalah penataan atau formasi keadaan kota yang sebagai objek dan sistem yang dapat diselidiki secara struktural, fungsional, dan visual. (No Title, 1992)

Morfologi kota merupakan proses dinamika pembentukan ruang kota yang terjadi secara terus menerus (tumbuh dan berkembang), sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan secara kontekstual oleh berbagai faktor.
(Wulandari & Aulia, 2018)

Morfologi pada kota menggambarkan perubahan pada keterbentukan kota. Perubahan tersebut dapat ditinjau dari berbagai aspek diataranya terlihat pada pola ruang, bentuk arsitektur, maupun elemen pembentuk karakter sebuah kota. Selain itu, turut dikaji pula mengenai hal yang menjadi implikasi dari suatu perubahan kota tersenut, diantaranya aktivitas masyarakat yang mencakup aktivitas sosial, budaya, dan ekonomi. Yunus (dalam Hadinata, 2008).
(Aldiansyah & Nareswari, 2019)

Menurut Soetomo (2013) proses terbentuknya morfologi kota merupakan proses terbentuknya kehidupan kota. Proses urbanisasi yang menciptakan kehidupan heterogen di perkotaan tersebut kemudian juga mendatangkan beberapa permasalahan ruang fisik kota. Menurut Paul Knox (dalam Soetomo, 2013)
(Hapsoro & Buchori, 2015)

Morfologi berkaitan dengan pemahaman mengenai proses yang membentuk lingkungan terbangun pada sebuah permukiman yang juga berkenan dengan pemahaman mengenai cara bagaimana lingkungan terbangun tersebut dapat berpengaruh terhadap proses sosial dan ekonomi masyarakat dalan permukiman tersebut.
(Kleak, 2019)