Kategorien: Alle - hubungan - perdagangan

von Nayla Nurhasanah Vor 3 Jahren

3587

Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya ketika Raja Balaputradewa berkuasa, yang ditandai dengan hubungan baik dengan kerajaan di India dan pembangunan biara untuk pendeta. Berdasarkan catatan sejarah, kerajaan ini sudah ada sejak tahun 671 Masehi, dengan Dapunta Hyang sebagai raja pertama yang tercatat.

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Berikut ini terdapat beberapa peninggalan kerajaan sriwijaya, antara lain: 1. Palas Pasemah Prasasti ini berisi tigabelas kalimat yang menggunakan bahasa melayu kuno, berhasil ditemukan di desa Palas Pasemah tepatnya di sekitar daerah rawa. 2. Hujung Langit Prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya kedua ini dibuat sekitar tahun 997 masehi, ditemukan di desa Haur Kuning, isinya berupa kisah pemberian tanah oleh raja Sima. 3. Kota Kapur Prasasti Kota Kapur ditemukan di pesisir pulau bangka, isinya berupa kutukan bagi siapa saja yang membantah sang raja dan struktur pemerintahan kerajaan. 4. Talang Tuo Prasasti ini berisi kumpulan doa-doa bekas peninggalan Kerajaan Sriwijaya. 5. Kedukan Bukit Isi prasasti Kedukan Bukit berkaitan dengan kisah seorang utusan dari Kerajaan Sriwijaya yang melakukan perjalanan menggunakan perahu, dan berhasil menaklukan daerah lain. 6. Telaga Batu Prasasti ini berisi mengenai kutukan bagi siapa saja yang berbuat jahat dalam kehidupan masyarakat Kerajaan Sriwijaya. 7. Leiden Prasasti terakhir yakni prasasti Leiden, berisi tentang hubungan baik antara dinasti Sailendra Kerajaan Sriwijaya dengan dinasti Chola.

Masa Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya

Berikut ini terdapat beberapa keruntuhan kerajaan sriwijaya, antara lain: 1. Akibat serangan dari India, saat itu yang menjadi raja Kerajaan Sriwijaya adalah Sri Sundamani Warmadewa. serangan tersebut berhasil melemahkan Kerajaan Sriwijaya. 2. Melemahnya Sriwijaya karena terjadi ekspedisi besar-besaran ke semenanjung Malaya yang diperintahkan oleh raja Kertanegara. 3. Munculnya kerajaan islam baru, yaitu Samudra Pasai, yang membuat melemahnya Kerajaan Sriwijaya. 4. Serangan pada tahun 1023 dan 1030, serangan tersebut berhasil menawan Raja Kerajaan Sriwijaya. 5. Serangan dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1477, yang mengakibatkan Kerajaan Sriwijaya takluk.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Setiap kerajaan pasti mengalami masa keemasan, demikian halnya dengan Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan buku Sejarah Nasional Indonesia jilid II disitu dijelaskan bahwa Sriwijaya mengalami masa kejayaan saat Raja Balaputradewa berkuasa. Saat itu, Kerajaan Sriwijaya melakukan hubungan baik dengan kerajaan dari India, hubungan baik ditandai dengan dikirimnya pendeta dari Sriwijaya ke India. Balaputradewa kemudian mengajukan kepada raja tersebut untuk membangun biara bagi para Pendeta Sriwijaya.

Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya

Penguasa atau Raja di Kerajaan Sriwijaya disebu Maharaja atau Dapunta Hyang. Jabatan-jabatan lain dibawah raja seperti putra mahkota (Yuvaraja), putra mahkota 2 (Pratiyuvaraja) dan pewaris-pewaris selanjutnya disebut (Rajakumara). Informasi terkait dengan kehidupan politik dapat kita ketahui dari isi prasasti Telaga Batu. Disitu dijelaskan mengenai struktur jabatan dalam pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Selain berisi jabatan dalam struktur pemerintahan, diceritakan juga mengenai kutukan raja bagi yang menentangnya dan kehidupan sosial ekonomi berupa pekerjaan yang ada pada saat itu.

Letak Geografi Kerajaan Sriwijaya

Penelitian tentang pusat kerajaan Sriwijaya pernah dilakukan oleh Pierre Yves Manguin melalui observasi yang dilakukan pada sekitar tahun 1993. Hasil penelitiannya yaitu pusat ibu kota Sriwijaya terletak di Provinsi Sumatera Selatan, tepatnya di Sungai Musi antara Sabokingking dan Bukit Seguntang. Lokasi tersebut sangat dekat dengan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya di Situs Karanganyar.

Raja-Raja Kerajaan Sriwijaya

Berikut ini terdapat beberapa raja-raja yang memerintah kerajaan sriwijaya, antara lain : 1. Srijayanasa (Dapunta Hyang), berkuasa pada tahun 671 2. Rudra Vikraman (Lieou Teng Wei Kong), tahun 728 3. Sri Indrawarman (Shih Li T’o Pa Mo), Tahun 708 4. Sri Maharaja, berkuasa dari tahun 775 5. Rakai Panangkaran, raja dari tahun 778 6. Samaragrawira, 782 7. Samaratungga, 792 8. Balaputradewa, berkuasa pada tahun 856 9. Sri Udayaditya Warmadewa 10. Sri Caudamani Warmandewa 11. Sri Mara Vijayottunggawaran 12. Sangrama Vijayottunggawaran 13. Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa

Latar Belakang Berdirinya Sriwijaya

Berdasarkan sumber catatan I Tsing, Kerajaan Sriwijaya sudah ada sejak tahun 671 Masehi. Kemudian dalam isi Prasasti Kedukan Bukit yang berangka tahun 682 menyebutkan bahwa Dapunta Hyang merupakan pemimpin atau raja pada saat itu. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Maritim sekaligus pusat perdagangan di Asia Tenggara, khususnya Nusantara. Kemudian pada peninggalan lain berupa prasasti dengan nama “Kota Kapur” berangka tahun 686 menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah menguasai wilayah seperti Lampung, Belitung, Sumatera Selatan dan Pulau Bangka. Isi lain menceritakan tentang ekspedisi militer ke Bhumi Jawa (Pulau Jawa) yang bertujuan untuk melakukan penaklukan terhadap kerajaan yang ada. Bila mengacu pada tahun tersebut, maka ekspedisi ini bersamaan dengan runtuhnya kerajaan besar seperti Kalingga dan Tarumanegara di Jawa.

Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Bukti fisik Sriwijaya masih belum banyak ditemukan, terlebih lagi tidak ada catatan lebih lanjut terkait dengan Sejarah Kerajaan Sriwijaya. Bahkan sebelum tahun 1920, orang Indonesia modern belum ada yang mendengar mengenai Sriwijaya, sejarahnya benar-benar terlupakan. Baru setelah tahun 1920an diangkat kembali oleh sarjana asing. Sriwijaya adalah kerajaan terbesar di Nusantara pada abad ke 20, sekaligus menjadi simbol kebesaran Pulau Sumatera pada saat itu. Ada beberapa sebutan atau julukan terkait dengan nama “Sriwijaya”, seperti Javadeh dan Yavadesh (dalam bahasa Pali dan Sanskerta). Sementara itu, orang Tiongkok atau Tionghoa menyebutnya dengan nama San Fo Qi atau San Fo Ts’i dan Li Fo Shih. Ada juga Zabaj (Arab) dan Melayu (Khamer). Banyaknya nama merupakan salah satu kendala sulitnya menemukan kerajaan Sriwijaya.