Luokat: Kaikki - teknik - penelitian

jonka Akhmad Rizqul Karim 4 kuukautta sitten

22

CALM DOWN

Dalam dunia penelitian, pemilihan metode pengambilan sampel sangat krusial untuk mendapatkan data yang representatif. Teknik sampling terbagi menjadi dua kategori utama: probability sampling dan non-probability sampling.

CALM DOWN

CALM DOWN

Non-Probability Sampling

Teknik Non-probability sampling merupakan teknik penarikan sampel yang tidak memberi peluang yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel yang mewakili populasi tersebut.


Dalam pengambilan sampel non-probabilitas, kita tidak tahu peluang setiap elemen populasi untuk terpilih. Namun, jika kita tidak memiliki kerangka sampel (daftar lengkap elemen populasi), kita bisa menggunakan metode ini untuk mencapai tujuan penelitian. Meskipun demikian, mungkin muncul pertanyaan tentang seberapa representatif sampel tersebut dalam menggambarkan populasi. Alasan lain memilih pengambilan sampel non-probabilitas adalah karena lebih murah dan lebih cepat dibandingkan pengambilan sampel probabilitas.

UKURAN SAMPEL
Rumus Slovin
Kesalahan sampling

Menghitung kesalahan sampling

Tingkat kepercayaan

Distribusi sampling
Ukuran sample

Menentukan ukuran sampel yang tepat dalam penelitian adalah salah satu aspek yang paling kontroversial. Tidak ada jawaban sederhana untuk menentukan ukuran sampel yang dibutuhkan guna mencapai tingkat kepercayaan yang diinginkan. Ukuran sampel yang diperlukan dalam penelitian bergantung pada beberapa faktor: (1) jenis penelitian, (2) tujuan penelitian, (3) tingkat kerumitan penelitian, (4) toleransi terhadap kesalahan, (5) tenggat waktu, (6) kendala biaya, dan (7) penelitian sebelumnya.


Penelitian pendahuluan yang hasilnya hanya digunakan sebagai indikasi umum biasanya tidak memerlukan sampel besar. Namun, penelitian yang dirancang untuk menjawab pertanyaan penting, seperti yang berhubungan dengan keputusan yang memengaruhi banyak orang, memerlukan tingkat akurasi tinggi, yang berarti ukuran sampel harus besar.

Sampling jenuh (sensus)

Judul Artikel:

Kajian Karakteristik Perilaku Kewirausahaan Dan Kecenderungan Bermigrasi Pedagang Sayuran Di Kota Denpasar


Penulis:

Arisena, Gede Mekse Korri & Darmawan, Dwi Putra


Metode Penelitian:






Langkah-langkah pengambilan sampel jenuh (sensus):

  1. Mengidentifikasi populasi: Peneliti mendefinisikan dan mengidentifikasi seluruh populasi yang akan diteliti. Misal: Seluruh populasi adalah 200 petani di desa.
  2. Mengumpulkan data dari semua anggota populasi: Peneliti mengumpulkan data dari setiap individu petani dalam populasi tanpa terkecuali. Pengumpulan data tersebut dapat dilakukan melalui wawancara, kuesioner, atau observasi langsung.

Sampling jenuh, atau juga dikenal dengan sensus, merupakan teknik pengambilan sampel di mana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dalam metode ini semua individu yang termasuk dalam populasi penelitian diikutsertakan dalam pengumpulan data.


Contoh:

Seorang peneliti ingin meneliti tentang kesejahteraan ekonomi semua petani di sebuah desa kecil yang terdiri dari 200 petani. Peneliti memutuskan untuk menggunakan sampling jenuh sehingga setiap petani di desa tersebut akan diwawancarai untuk pengumpulan data.

Quota sampling

Judul Artikel:

Saluran Dan Marjin Pemasaran Jagung Di Kabupaten Grobogan


Penulis:

WIDIASTUTI & HARISUDIN


Metode Penelitian:


Penentuan sampel:





Langkah-langkah pengambilan sampel Quota:

  1. Identifikasi sub-kelompok: Peneliti mengidentifikasi sub-kelompok dalam populasi yang relevan/sesuai dengan penelitian. Misal: petani padi, petani sayuran, dan petani buah-buahan.
  2. Menentukan quota: Menentukan jumlah sampel yang diperlukan dari setiap sub-kelompok. Misalnya: jika dalam populasi terdapat 50% petani padi, 30% petani sayuran, dan 20% petani buah-buahan, dan peneliti menginginkan total 100 sampel, maka quota-nya adalah 50 petani padi, 30 petani sayuran, dan 20 petani buah-buahan.
  3. Mengumpulkan data: Peneliti mengumpulkan data dari sub-kelompok hingga quota terpenuhi.

Quota sampling adalah teknik pengambilan sampel di mana peneliti menentukan jumlah tertentu (quota) dari sub-kelompok dalam populasi, yang memiliki karakteristik tertentu. Setiap sub-kelompok kemudian diambil sampelnya hingga quota tersebut terpenuhi. Teknik ini menunjukkan bahwa sampel yang diambil mencerminkan proporsi sub-kelompok dalam populasi.


Contoh:

Seorang peneliti ingin meneliti penggunaan pupuk di berbagai jenis lahan pertanian di suatu daerah. Populasi penelitian terdiri dari petani dengan jenis lahan pertanian yang berbeda. Misal: lahan padi, lahan sayuran, dan lahan buah-buahan. Peneliti menentukan quota untuk setiap sub-kelompok berdasarkan proporsi jenis lahan di populasi.

Snowball sampling

Judul Artikel:

Sustainable Development in Agriculture and its Antecedents, Barriers and Consequences – An Exploratory Study


Penulis:

Laurett, Rozélia; Paço, Arminda; Mainardes, Emerson Wagner


Metode Penelitian:


Penentuan sampel:




  1. Identifikasi sampel: Peneliti menghubungi beberapa koperasi pertanian, asosiasi, dan kantor pertanian untuk mendapatkan daftar keluarga petani.
  2. Kontak dengan petani: Petani yang ada dalam daftar tersebut dihubungi secara langsung atau melalui telepon. Pada saat kontak, tujuan penelitian dijelaskan kepada para calon responden, dan mereka ditanya apakah bersedia untuk berpartisipasi dalam wawancara.
  3. Metode Snowball Sampling: Setelah wawancara, responden diminta untuk menunjukkan keluarga petani lainnya yang mereka kenal untuk turut diwawancarai. Proses ini sesuai dengan metode snowball sampling (Hair et al., 2003), yang mana, sampel diperoleh dari referensi responden yang telah diwawancarai sebelumnya. Hal itu mirip dengan pembentukan "bola salju" yang semakin besar dengan bertambahnya jumlah sampel.



Langkah-langkah pengambilan sampel Snowball:

  1. Memulai dengan responden awal: Peneliti menemukan beberapa petani organik yang teridentifikasi melalui kontak awal.
  2. Wawancara dan permintaan referensi/rujukan: Setelah mewawancarai responden awal, peneliti meminta mereka untuk merujuk petani organik lainnya yang mereka kenal.
  3. Menghubungi referensi baru: Peneliti menghubungi petani yang dirujuk, mewawancarai mereka, dan meminta referensi tambahan.
  4. Mengulangi proses: Proses tersebut diulang hingga jumlah sampel yang dibutuhkan tercapai atau sudah tidak ada referensi baru yang diberikan.

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel di mana peneliti memulai dengan sejumlah kecil responden yang memiliki karakteristik yang diinginkan, kemudian meminta mereka untuk merujuk orang lain yang memenuhi kriteria penelitian. Proses ini berlanjut hingga jumlah sampel yang dibutuhkan tercapai. Teknik ini sering digunakan ketika populasi target sulit dijangkau atau tersembunyi.


Contoh:

Seorang peneliti ingin mempelajari pengalaman petani organik di suatu daerah, tetapi petani organik tersebut tidak terdaftar secara resmi dan sulit diidentifikasi.

Accidental (Convenience) sampling

Judul Artikel:

Factors influencing the adoption of climate-smart irrigation technologies for sustainable crop productivity by smallholder farmers in arid areas of South Africa


Penulis:

Serote, Batizi; Mokgehle, Salmina; Plooy, Christian Du; Mpandeli, Sylvester; Nhamo, Luxon; Senyolo, Grany


Penentuan sampel:




Teknik Sampling:


Karakteristik petani yang dijadikan sampel:


Sumber Daftar Petani:


Metode Pengumpulan Data:


Syarat/kondisi untuk menggunakan Sampling Insidental:

  1. Waktu dan sumber daya terbatas.
  2. Penelitian eksploratif: Teknik ini sering digunakan dalam penelitian eksploratif di mana tujuan utamanya adalah mendapatkan wawasan awal atau pemahaman umum tentang topik tertentu. Hasilnya bisa menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut yang lebih terstruktur.
  3. Studi pendahuluan: Sampling insidental dapat digunakan dalam studi pendahuluan atau pilot study untuk menguji instrumen penelitian (kuesioner penelitian). Hal itu dilakukan untuk mempersiapkan penelitian lanjutan yang lebih terstruktur.
  4. Situasi darurat atau mendadak: Dalam situasi yang membutuhkan respons cepat, teknik ini dapat menyediakan data yang dibutuhkan dengan cepat. Misalnya: survei kepuasan pelanggan setelah layanan diberikan atau evaluasi program yang baru saja dilaksanakan.
  5. Lokasi penelitian yang menjadi kendala. Pada saat penelitian harus dilakukan di lokasi tertentu yang memiliki konsentrasi tinggi dari populasi target. Contohnya: pasar tani, pusat komunitas, atau acara publik.

Convenience sampling (juga dikenal sebagai Haphazard Sampling atau Accidental Sampling) adalah jenis sampling non-probabilitas di mana anggota populasi sasaran memenuhi kriteria tertentu, seperti: aksesibilitas yang mudah, kedekatan geografis, ketersediaan pada waktu tertentu, atau kesediaan untuk berpartisipasi, dimasukkan untuk tujuan penelitian. Hal tersebut juga merujuk pada subjek penelitian dari populasi yang mudah diakses oleh peneliti. Convenience samples kadang-kadang dianggap sebagai 'accidental samples' karena elemen-elemen dalam sampel mungkin dipilih hanya karena kebetulan ada.


Contoh:

Seorang peneliti ingin mengetahui pendapat petani tentang penggunaan pupuk organik di daerah tertentu. Peneliti pergi ke pasar tani yang ramai di daerah tersebut, dan berkomunikasi dengan petani yang ada di sana. Siapa saja petani yang bersedia memberikan informasi atau menjawab pertanyaan peneliti akan menjadi bagian dari sampel penelitian.

Purposive sampling

Judul Artikel:

Analysis of soybean farmers income that involved and not involved in the Pajale Special Efforts Program (UPSUS)


Penulis:

Lanuhu, N., Saadah, Mahyuddin, Darwis, Diansari, P., Sulili, A., Wirdansyah, A., Nurlaela


Penentuan sampel:



Populasi dan Kriteria Sampel

  1. Orang yang tinggal di Sumatera Barat.
  2. Belum memiliki LCGC.
  3. Sudah memiliki pekerjaan dan penghasilan yang memadai.
  4. Telah menyelesaikan pendidikan minimal setingkat SMA atau sederajat.


Teknik Sampling


Langkah-langkah

Langkah-langkah yang biasanya dilakukan dalam purposive sampling:

  1. Menentukan tujuan penelitian: Peneliti harus memahami dengan tepat apa yang ingin mereka capai dan jenis data apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
  2. Mengidentifikasi populasi target: Tentukan populasi yang sesuai untuk penelitian dengan cara memahami karakteristik umum dari populasi yang terkait dengan penelitian.
  3. Menetapkan kriteria seleksi: Definisikan kriteria spesifik yang akan digunakan untuk memilih sampel. Misalnya: Kriteria bisa meliputi pengalaman dalam pertanian organik, ukuran lahan, jenis tanaman, lokasi geografis, atau partisipasi dalam program pelatihan tertentu.
  4. Mengidentifikasi dan menemukan responden: Cari individu yang memenuhi kriteria seleksi. Caranya: melalui jaringan kontak yang ada, referensi dari responden lain, atau melalui asosiasi dan kelompok komunitas yang relevan.
  5. Menentukan sampel: Memastikan setiap sampel yang dipilih memiliki karakteristik yang sesuai dengan penelitian.

Syarat/kondisi yang menyebabkan perlunya melakukan teknik purposive sampling:

  1. Penelitian yang spesifik: Ketika penelitian membutuhkan informasi mendalam tentang subjek tertentu yang tidak dapat diperoleh dari populasi umum. Misalnya: Penelitian tentang teknik pertanian organik yang membutuhkan sampel khusus, yaitu petani yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang teknik pertanian organik.
  2. Ketersediaan sumber daya terbatas: Purposive sampling memungkinkan peneliti untuk fokus pada subjek yang paling relevan/sesuai. Hal itu memungkinkan penggunaan sumber daya lebih efisien.
  3. Populasi kecil atau tersembunyi: Ketika populasi target kecil atau sulit diidentifikasi, seperti petani organik yang tidak terdaftar, purposive sampling membantu menemukan dan memilih individu yang memenuhi kriteria spesifik tersebut.
  4. Kualitas data di atas kuantitas: Ketika peneliti lebih mementingkan kualitas data dibandingkan jumlah sampel yang besar.

Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Pemilihan sampel ini didasarkan pada karakteristik khusus yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik ini sering digunakan ketika peneliti memiliki pengetahuan mendalam tentang populasi, dan dapat menentukan elemen-elemen yang paling informatif atau representatif untuk penelitian mereka.


Contoh:

Seorang peneliti ingin mempelajari efektivitas teknik pertanian organik di wilayah tertentu. Peneliti mungkin menggunakan purposive sampling untuk memilih petani dengan kriteria:

  1. Telah menerapkan pertanian organik: Hanya memilih petani yang sudah menerapkan teknik pertanian organik selama minimal 5 tahun.
  2. Memiliki skala usahatani tertentu: Memilih petani dengan luas lahan tertentu, misalnya antara 0,5 sampai dengan 1 hektar.
  3. Beragam tanaman: Memilih petani yang menanam beragam jenis tanaman organik, bukan hanya satu jenis tanaman.
  4. Lokasi geografis: Memilih petani yang berada di wilayah dengan kondisi tanah dan iklim tertentu ketika ingin mengetahui bagaimana teknik organik bekerja dalam kondisi tersebut.
  5. Pengalaman dan pengetahuan: Memilih petani yang aktif berpartisipasi dalam program penyuluhan atau pelatihan pertanian organik.
Systematic sampling
Contoh kasus

Judul Artikel:

Factors contributing to adoption or dis-adoption of organic agriculture in Zambia.


Penulis:

Munthali, R., Auerbach, R., Mataa, M.


Metode Penelitian:



Langkah pertama dalam proses ini adalah mengidentifikasi wilayah yang akan dieksplorasi. Informasi ini diperoleh dari Kementerian Pertanian (MoA) dan OPPAZ. Diamati bahwa produksi organik di Zambia lebih dominan di enam provinsi dari sepuluh provinsi yang ada, dengan hanya sepuluh distrik dari total 106 distrik di negara ini yang secara aktif terlibat dalam pertanian organik. Berdasarkan data yang diberikan, lima lokasi dipilih di area dengan tingkat aktivitas pertanian organik yang tinggi. Lima distrik yang direkomendasikan oleh MoA dan OPPAZ adalah Mazabuka, Kafue, Lusaka, Chongwe, dan Chibombo.





Langkah selanjutnya dalam proses ini adalah menarik sampel petani organik untuk administrasi kuesioner. Sampel diambil menggunakan metode systematic random sampling (pengambilan sampel acak sistematis). Penting untuk membedakan antara populasi umum petani organik dan populasi yang dapat diakses secara acak (Trochim, 2000). Yang pertama disebut sebagai populasi teoretis, sedangkan yang terakhir disebut sebagai populasi yang dapat diakses. Total populasi petani organik bersertifikat yang dapat diidentifikasi terdiri dari sekitar 250 petani, baik pengadopsi maupun yang tidak lagi mengadopsi; dari jumlah ini, populasi yang dapat diakses terdiri dari 50 petani yang dipilih dari area yang diidentifikasi. Dengan menggunakan metode systematic random sampling, populasi petani organik diurutkan secara acak. Dalam hal ini, fraksi sampling yang digunakan adalah f = 50/250 = 20%. Ukuran interval, k, sama dengan N/n = 250/50 = 5. Berdasarkan perhitungan, bilangan acak yang dipilih adalah dari satu hingga lima, yang berarti sebuah angka dipilih secara acak setiap lima angka, menghasilkan sampel penelitian sebanyak 50 petani. Itulah jumlah petani organik yang diberikan kuesioner untuk diisi. Dalam jumlah ini, 15 kuesioner diberikan kepada petani yang tidak lagi mengadopsi dan 35 kuesioner lainnya diberikan kepada petani pengadopsi.



Penentuan sampel:


1) Mengidentifikasi populasi total:

Total populasi petani organik bersertifikat yang dapat diidentifikasi adalah sekitar 250 petani, yang terdiri dari petani yang mengadopsi (adopters) dan tidak mengadopsi (disadopters).


2) Menentukan populasi yang dapat diakses

Dari populasi total, populasi yang dapat diakses untuk pengambilan sampel adalah 50 petani yang dipilih dari wilayah yang telah diidentifikasi.


3) Menentukan fraksi sampling (Sampling Fraction) & ukuran interval:


4) Memilih bilangan acak


5) Pengambilan sampel

Syarat/kondisi

Syarat/Kondisi:


  1. Populasi terurut dengan baik. Contoh: Daftar 1000 petani yang akan diambil sampelnya harus disusun secara terurut, misalnya berdasarkan nomor registrasi atau abjad nama.
  2. Tidak ada pola periodik dalam populasi. Pastikan tidak ada pola musiman yang berkaitan dengan interval 10 dalam populasi petani. Misalnya: jika setiap petani ke-10 kebetulan berada di area yang sama dan mengalami kondisi cuaca yang unik, ini bisa menyebabkan bias
  3. Ketersediaan kerangka sampel. Memiliki daftar lengkap dari semua petani di daerah tersebut sehingga setiap petani memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih.
  4. Ukuran populasi yang diketahui. Mengetahui bahwa ada 1000 petani di daerah tersebut sehingga interval 10 dapat ditentukan dengan tepat.
  5. Homogenitas populasi. Populasi petani tersebut harus memiliki karakteristik yang relatif mirip, seperti jenis tanaman yang ditanam atau metode pertanian yang digunakan.
  6. Kemudahan akses ke data populasi. Memiliki akses ke informasi dan data mengenai semua petani di daerah tersebut untuk menyusun daftar dan melakukan pengambilan sampel.
Pengertian

Systematic sampling (sampling sistematis) merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari daftar anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Setiap elemen dalam populasi diberi nomor urut, kemudian elemen-elemen sampel dipilih berdasarkan interval yang tetap dari daftar tersebut.


Misalnya:

Setelah menentukan interval sampel, kita memilih elemen pertama secara acak dari daftar, dan elemen-elemen berikutnya dipilih dengan menambahkan interval tersebut pada elemen pertama yang terpilih.


Contoh:

Kita ingin mengambil sampel dari 1000 petani di sebuah daerah untuk mengetahui pendapat mereka tentang program penyuluhan pertanian. Langkah-langkah pengambilan sampel sistematisnya adalah sebagai berikut:

  1. Membuat daftar dan memberi nomor: Susun daftar semua petani dan beri nomor urut dari 1 hingga 1000.
  2. Menentukan interval sampel: Tentukan ukuran sampel yang diinginkan, misalnya 100 petani. Maka, interval sampelnya adalah 1000/100 = 10.
  3. Memilih elemen pertama secara acak: Pilih elemen pertama secara acak dari 1 hingga 10. Misalnya, terpilih nomor 7.
  4. Mengambil sampel berdasarkan interval: Mulai dari petani nomor 7, kemudian pilih setiap petani ke-10 berikutnya (7, 17, 27, 37, dan seterusnya) hingga terpilih 100 petani.


Probability Sampling

Cluster sampling
Dis-Proportionate stratified random sampling
Proportionate stratified random sampling
Simple random sampling