Categorie: Tutti

da Itha Anita mancano 4 anni

393

PENURUNAN FUNGSI PERNAPASAN pada LANSIA

Penurunan fungsi pernapasan pada lansia sering kali disebabkan oleh imobilitas dan intoleransi aktivitas. Lansia yang mengalami penurunan fungsi pernapasan biasanya mengeluhkan kelelahan yang meningkat dan dispnea saat serta setelah beraktivitas.

PENURUNAN FUNGSI PERNAPASAN pada LANSIA

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK PENURUNAN FUNGSI PERNAPASAN

NERS Angkatan XVI UIN Alauddin Makasssar Anita_70900119034

REFERENSI: Hasan Helmia, Arusita M. Rena. 2017. Perubahan Fungsi Paru Pada Usia Lanjut. Vol. 3 No. 2. Jurnal Respirasi PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta PPNI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta

PENURUNAN FUNGSI PERNAPASAN pada LANSIA

Use this mind map structure to discover unseen connections, generate new ideas and reach a better understanding of any given subject.

Perubahan yang terjadi pada Sistem Pernapasan

Perubahan pada Kontrol Ventilasi Orang tua memiliki respons yang lebih rendah terhadap hipoksemia, hiperkapnia dan beban mekanis, dorongan dari pusat untuk otot-otot pernapasan juga menurun. Kontrol saraf ventilasi lebih sensitif terhadap PaO2 tinggi daripada menurunnya PaO2. Dalam situasi ini dimana ada peningkatan residu PCO2 pada pasien lansia dengan peningkatan heterogenitas V A/Q akan diimbangi oleh peningkatan menit ventilasi alveolar.
Perubahan pada Performa Paru, Mekanik Respiratorik dan Ventilasi Hilangnya jaringan elastis mengurangi batas ekspirasi dari keseluruhan flow volume. Saat aktivitas fisik berat hal ini dapat membatasi aliran udara ekspirasi dan menghasilkan hiperinflasi paru dinamis.
Perubahan pada Saluran Napas Atas Orang tua kurang dapat melakukan batuk yang efektif karena efek usia terhadap kekuatan otot pernapasan dan closing volume yang lebih besar. pembersihan mukosiliar lebih lambat dan kurang efektif dan pemulihan pembersihan mukosiliar setelah adanya jejas (biasanya infeksi virus) melambat seiring dengan usia. Pada orang tua, berkurangya pembersihan saluran napas tidak hanya terjadi pada saluran napas besar namun juga pada saluran napas kecil.
Perubahan pada Pembuluh Darah Pulmonar Setelah usia 30-35 tahun, terdapat peningkatan massa dan ketebalan otot. Berkaitan dengan remodelling struktural, tekanan arteri pulmonal dan tekanan baji pulmonal meningkat secara gradual setelah usia 45 tahun dan meningkat signifikan diatas 50 tahun. Kemampuan pertukaran gas pada paru terganggu karena jumlah dan volume kapiler paru berkurang
Perubahan pada Otot-otot Pompa Respiratorik, Dinding Dada dan Paru Beberapa perubahan morfologi mengurangi efisiensi respiratorik dari dinding dada dan diafragma pada orang tua. Daerah penampang otot interkostal mulai berkurang setelah usia 50 tahun, penguranganterjadi lebih besar pada otot-otot ekspirasi. Tekanan inspirasi dan ekspirasi statis maksimal menurun dengan penuaan, hal ini mencerminkan adanya penurunan kekuatan otot pernapasan. Kontraksi otot interkostal berperan dalam kurangnya ekspansi dada pada orang tua, dengan kontribusi yang relatif besar dari otot perut. Otot perut hanya efektif membantu ventilasi dalam posisi duduk atau telentang. Dengan demikian, pada orang tua pengembangan penuh jalan napas hanya terjadi dalam posisi berdiri. Atelektasis dapat mengakibatkan peningkatan gradien alveolar-kapiler. Seiring dengan terjadinya remodelling dada oleh karena faktor usia, diafragma semakin mendatar dan menjadi kurang efisien. Perubahan pada diafragma berpengaruh pada peningkatan kerja pernapasan selama aktivitas (dapat meningkat hingga 30 persen)

Definsi

In the conclusion you should have a brief summary of your key points.

Penuaan normal sistem pernapasan dikaitkan dengan penurunan struktural dan fungsional pada sistem pernapasan, mengakibatkan peningkatan kerja pernapasan dibandingkan dengan subjek yang lebih mudah dan dikaitkan dengan berkurangnya cadangan dalam kasus-kasus penyakit akut, seperti gagal jantung, infeksi atau obstruksi jalan napas.

Asuhan Keperawatan berdasarkan Sindrom Gediatrik

Infections
Risiko Infeksi

Intervensi: Pencegahan Infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik 2. Batasi jumlah pengunjung 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi 5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 6. Ajarkan cuci mencuci tangan dengan benar 7. Ajarkan etika batuk 8. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 9. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

Luaran: Tingkat Infeksi Menurun 1. Demam menurun 2. Kemerahan menurun 3. Nyeri menurun 4. Bengkak Menurun 5. Kadar sel darah putih membaik

Insomnia
Gangguan Pola Tidur

Intervensi: Dukungan Tidur 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur 3. Modifikasi lingkungan 4. Batasi waktu tidur siang, jika perlu 5. Tetapkan jadwal tidur rutin 6. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan 7. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit 8. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur 9. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologis lainnya

Luaran: Pola Tidur Membaik 1. Keluhan sulit tidur menurun 2. Keluhan sering terjaga menurun 3. Keluhan tidak puas tidur menurun 4. Keluhan pola tidur berubah menurun 5. Keluhan istirahat tidak cukup menurun

Imobility
Intoleransi Aktivitas

Intervensi: Terapi Aktivitas 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas 2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu 3. Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas 4. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang aktivitas 5. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan sosial 6. Fasilitiasi aktivitas fisik rutin, sesuai kebutuhan 7. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari 8. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu 9. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih 10. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai 11. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor program aktivitas, jika sesuai

Luaran: Toleransi Aktivitas Meningkat 1. Keluhan lelah meningkat 2. Dispnea saat beraktivitas 3. Dispnea setelah beraktivitas